HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA DUAMPANUA KABUPATEN POLEWALI MANDAR SULAWESI BARAT
Abstract
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang angka kejadiannya cukup tinggi di dunia. Di Desa Duampanua kasus ISPA tertinggi yang ada di Kabupaten Polewali Mandar, dengan jumlah penderita sebanyak 141 balita. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di Desa Duampanua Kecamatan Anreapi.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif dengan studi analitik untuk menghubungkan lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA pada Balita di Desa Duampanua. Populasi adalah seluruh balita yang berada di Desa Duampanua sebanyak 320 balita. Besar sampel adalah 86 orang dengan pembagian 1:1, yaitu sampel ispa43 orang dan sampel tidak ispa43orang.
Variable bebas yang berhubungan dengan penyakit ISPA yaitu luas ventilasi (p-value=0,012; CI95%=1,568-16,765), kepadatan hunian (p- value=0,026; CI95%=1,332-13,562). Variable bebas yang tidak berhubungan dengan dengan penyakit ISPA yaitu jenis lantai (p-value=0,781; CI95%=0,457-4,071), dan jenis dinding (p-value=0,742; CI95%=0,420-5,704).
Diharapkan masyarakat yang mempunyai balita dapat memperbaiki kondisi lingkungan fisik rumah, membuka jendela rumah agar ada pergantian udara, menyapu lantai setiap hari agar terhindar dari debu dan memisahkan kamar balita dengan orang tua agar tidak tertular penyakit ISPA .
Kata kunci : Ispa, Lingkungan Fisik Rumah
Full Text:
PDFReferences
Ardinasari, E. (2016). Buku Pintar Mencegah dan Mengobati Penyakit Bayi dan Anak. Zikrul Hakim Bestari.
Dongky, P., & Kadrianti, K. (2016). Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Ispa Balita Di Kelurahan Takatidung Polewali Mandar. Unnes Journal Of Public Health, 5(4), 324-329.
Depkes, R. I. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/Menkes. SK/IV/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit. www. depkes. go. id.
Mumpuni,Yekti.2016.45.PenyakitYang Sering Hinggap Pada Anak. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Marissa, M., Anwar, M., & Dahlan, M. (2019,). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Mapilli di Desa Bonne-Bonne. In Journal Peqguruang: Conference Series (Vol. 1, No. 2, pp. 241-245).
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan.Rineka Cipta Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka.
Ristanti, F. F. (2014). Pengaruh Kondisi Sanitasi Rumah Terhadap Kejadian ISPA Di Kecamatan Wiyung Kota Surabaya. Swara Bhumi, 2(1).
Riskesdas, T. (2018). Laporan nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPBP).
Sinuraya, L. D. B. (2019). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Ispa Pada Balita Di Desa Singgamanik Kecamatan Munte Kabupaten Karo Tahun 2017.
Sahabuddin, C., Latief, A., & Anwar, A. (2020,). Peran Partai Politik Dalam Pendidikan Politik Di Kecamatan CampalagiaN. In Journal Peqguruang: Conference Series (Vol. 2, No. 2).
Permenkes, R. I. (2011). Pedoman umum penggunaan antibiotik. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jp.v4i1.2594
Article Metrics
Abstract views : 379 times | PDF - 192 timesRefbacks
- There are currently no refbacks.